Photo by Depok24Jam

Ivy Lee: Mbahnya Public Relation

Pesan dan Kanal
4 min readMar 20, 2021

--

Ngomongin tentang Hubungan Masyarakat atau Public Relations, tentu kita akan mengenal beragam tokoh-tokoh di bidang ini dan kontribusi mereka yang jumlahnya nggak sedikit. Dalam dunia PR, salah satu tokoh yang dikenal luas adalah Ivy Ledbetter Lee, bapak dari Public Relations modern.

Lee lahir di Cedartown, Georgia, Amerika Serikat, pada tanggal 16 Juli 1877 dan wafat di usia 57 tahun di tahun 1934 karena tumor otak. Ia adalah anak pertama dari seorang pendeta bernama James Wideman Lee. Di tahun 1901, beliau menikah dengan Cornelia Bigelow dan memiliki tiga orang anak dari pernikahannya. Meski Ivy Lee dikenal sebagai lulusan Princeton University, sebenarnya doi juga sempat melanjutkan sekolah di Harvard Law School, walaupun cuma bertahan selama satu semester karena kendala ekonomi.

Dari Jurnalis Jadi Timses Politikus

Ivy Lee berhenti melanjutkan pendidikannya dan memulai karir sebagai jurnalis di beberapa media, mulai dari New York Times, New York Journal, dan beberapa surat kabar lainnya. Namun, karena jam kerja yang panjang nggak sebanding dengan penghasilan yang didapat, ia memutuskan berhenti menjadi jurnalis di tahun 1903. Doi memilih bergabung dengan tim kampanye Seth Low untuk pemilihan Wali Kota New York.

Di tahun selanjutnya, Ivy Lee tetap berada di Partai Demokrat dan menjadi tim kampanye untuk Hakim Alton Brooks Parker di ajang pemilihan Presiden. Karena aktivitasnya di Partai Demokrat, ia bertemu dengan sosok George Parker. Mereka berdua memutuskan membangun sebuah firma Public Relations pada tahun 1905 yang dikenal dengan nama Parker and Lee. Firma yang didirikan oleh mereka berdua menjadi salah satu dari tiga firma humas yang saat itu ada di Amerika Serikat.

Mulai Aktif di Bidang Kehumasan Korporat

Sepak terjang beliau sampai akhirnya dikenal sebagai bapak dari Public Relations modern semakin dikenal dan diakui karena kontribusinya yang besar terhadap dunia perhumasan. Salah satu kontribusinya yang dikenal luas adalah Declarations of Principles yang dirilis pada tahun 1906. Pernyataan itu diterbitkan saat doi menangani permasalahan buruh batu bara yang mogok bekerja. Lee melakukan strategi baru yang nggak biasa dilakukan di zaman itu. Ia memberikan informasi terkait kasus mogok para buruh setiap hari kepada para Jurnalis. Dengan menggunakan pendekatan ini, Lee berhasil mengembangkan filosofinya tersebut dalam bentuk Declaration of Principles (1906) yang isinya menegaskan bahwa perwakilan PR selaku penyedia informasi memiliki tanggung jawab dalam menyediakan keterbukaan informasi terhadap publik.

Baca Juga: Harta, Tahta, Dr.Reisa: Strategi Krisis Corona?

Di tahun yang sama, saat Pennsylvania Railroad mengalami sebuah kasus kecelakaan, doi bahkan mencoba meyakinkan perusahaan itu agar terbuka dalam memberikan informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tentunya pandangan Bapak Humas Modern kita yang satu ini nggak terlepas dari profesi beliau sebelumnya sebagai seorang jurnalis. Saat masih menjadi jurnalis, Lee merasa nggak percaya pada perusahaan yang mencoba menutup-nutupi sebuah kasus karena mengakibatkan masyarakat umum memperoleh informasi dari pihak lain. Akibatnya, muncul berbagai spekulasi yang tidak tepat sehingga membuat tingkat kepercayaan publik terhadap perusahaan menjadi menurun, mengakibatkan citra negatif bagi perusahaan.

Leluhur Para Praktisi Humas

Berangkat dari peristiwa itu dan lahirnya konsep Declarations of Principles, Ivy Lee menjadi pionir dalam menerbitkan sebuah press release terkait kasus kecelakaan yang berhubungan dengan Pennsylvania Road. Beliau dipercaya sebagai praktisi humas pertama kali dalam sejarah yang menerbitkan press release di media. Karena hal ini, namanya pun dikenal banyak sejarawan sebagai pencetus komunikasi krisis modern. Akhirnya, di tahun 1912, Pennsylvania Railroad mengangkat Ivy Lee sebagai Direktur Publisitas pertama.

Pengalaman dan pengetahuan nya sebagai praktisi di bidang Public Relations dituangkan dalam kelas PR pertama di New York University. Ivy Lee semakin berhasil dalam meningkatkan citra publik kliennya. Nggak heran kalau jasa doi sebagai representatif PR jadi banyak dicari oleh perusahaan besar. Pada tahun 1914, ia mendapat kepercayaan untuk menjadi penasehat pribadi perusahaan milik John D. Rockefeller Jr, seorang konglomerat di zamannya yang dikenal sebagai orang terkaya di dunia, tapi memiliki reputasi buruk. Lee dipekerjakan oleh Rockefeller untuk mengurangi dampak pers negatif serta mengembalikan citra publik keluarganya seperti dulu. Perusahaan Standard Oil yang dimiliki oleh Rockefeller memang sudah dicap negatif oleh masyarakat karena cara mereka dalam mencapai kesuksesan bisnis dikenal kotor dan kejam. Hal ini semakin memburuk akibat insiden Pembantaian Ludlow yang menewaskan belasan orang termasuk wanita dan anak-anak. Mengingat sejarah buruk Rockefeller Jr dan perusahaannya, pastinya nggak mudah jika ingin mengembalikan citra kembali baik.

Meskipun begitu, sebagai praktisi humas, dia percaya bahwa tindakan-tindakan jujur serta komunikasi dua arah dapat membentuk kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan. Atas saran-saran Lee, Rockefeller Jr pun mendatangi keluarga para penambang yang ada di bawah naungan perusahaan yang dia miliki agar bisa berinteraksi langsung dengan mereka. Nggak berhenti sampai disitu, Lee bahkan menyarankan Rockefeller Jr untuk datang ke acara-acara sosial dan mendokumentasikannya agar ia bisa memiliki sisi humanis untuk ditunjukan di media. Semua usaha Ivy Lee dalam misi membuat citra perusahaan serta nama baik Rockefeller Jr kembali positif pun berhasil. Hal ini terbukti di tahun 1937 saat Rockefeller Jr meninggal dunia, namanya dikenang baik sebagai sosok yang dermawan dan ramah.

Di akhir masa karirnya, Ivy Lee menjadi anggota perdana untuk Council on Foreign Relations di tahun 1921. Sebagai perwakilan PR, kontribusi lain doi dalam dunia Public Relations modern adalah pendekatan “dua arah”, dimana perwakilan PR nggak hanya terbatas menuruti keinginan klien, tapi juga membantu mereka mengkomunikasikan hal tersebut kepada publik agar terjadi hubungan timbal balik.

Penulis : Mutiara Fauziah Nur Awaliah
Penyunting: Muhammad Alberian Reformansyah

Daftar Pustaka :

Robert L Heath, ed. Encyclopedia of Public Relations. (2005) 1:485

Michael Turney, Lee’s legacy includes his Declaration of Principles. On-line Readings in Public Relations by Michael Turney, 2000. Retrieved September 29, 2010.

James Sage Jenkins, Atlanta in the Age of Pericles (Chimney Hill Press, 1995, ISBN 978–0899370293)

--

--

Pesan dan Kanal
Pesan dan Kanal

Written by Pesan dan Kanal

Tempat nongkrong anak Komunikasi! Follow Akun Instagram kami juga @pesandankanal!

No responses yet