Photo by Winner Wijaya on Twitter

Turut Berduka Cita (Deep Condolences): Budaya Melayat yang Menyayat

Pesan dan Kanal
3 min readJan 23, 2021

Sebuah film pendek karya sutradara Winner Wijaya ini, sempat viral diomongin. Film ini menceritakan seseorang bernama Maria yang sedang berkabung karena kehilangan Ayah tercintanya, dan harus terus mengulang cerita kronologi kematian sang Ayah di hadapan orang-orang yang datang untuk melayat.

Turut Berduka Cita menggambarkan realita yang ada secara mantep. Latar tempat dan suasana yang dibawakan benar-benar bikin inget penonton akan budaya-budaya melayat di Indonesia. Film yang telah muncul di YouTube mulai tanggal 13 Desember 2020 kemarin ini udah ditonton 110.000 kali dan terus bertambah.

Nggak heran kenapa film pendek ini berhasil menarik hati masyarakat untuk menonton. Pesan-pesan yang disampaikan dalam film pendek yang diproduseri oleh Christian Raditya ini sangat menggelitik, dan menggambarkan budaya melayat apa adanya, yang identik dengan orang-orang datang ke rumah duka dengan dalih ‘melayat’.

Di film ini, penonton diajak diajak menikmati bagaimana orang-orang yang datang untuk melayat malah melakukan kesibukannya sendiri, memuaskan rasa penasarannya, dan justru malah mengabaikan arti berduka cita yang sebenarnya.

Melayat yang Menyayat

Ada beberapa adegan yang patut menjadi sorotan. Di awal video, Winner Wijaya menampilkan sebuah keluarga yang datang menemui Maria dan menanyakan kronologi bagaimana dan mengapa ayahnya bisa meninggal dunia. Setelah dijawab penyebabnya adalah salah satu dari anggota keluarga tersebut malah menyarankan tempat-tempat pengobatan alternatif yang — mungkin — akan berguna sebelum semua ini terjadi. Hal ini tentunya bukanlah sebuah percakapan yang baik, apalagi pas ngelayat.

Selain itu ada juga adegan dimana satu keluarga yang datang untuk melayatmelakukan sesi foto bersama anggota keluarga yang ditinggalkan. Adegan ini tentunya sangat menggelitik, mirip sekali dengan habit orang-orang sekarang yang melakukan sesuatu untuk kebutuhan sosial media.

Nggak cuma itu, Winner Wijaya juga menyelipkan sedikit humor di sela-sela adegan yang menyentil. Pembawaan film yang begitu sederhana, mudah dicerna, dan ringan membuat siapa saja betah menonton hingga adegan terakhir.

Sayangnya, ekspresi para pemain kurang menghayati di beberapa scene, terkesan datar dan tidak terlihat dilingkupi kesedihan. Tapi bisa jadi, ekspresi mereka memang dibuat seperti itu sebagai bentuk sindiran.

Film ini tentunya menyampaikan beberapa pesan untuk kalian dan semua keluarga yang ingin melayat, yaitu:

  1. Hargai keluarga yang sedang berduka

Datang kesana dengan sopan santun, dan ucapkan belasungkawa dengan penuh perhatian. Bukan langsung melakukan sesuatu yang lain seperti makan, bergosip, atau yang lainnya.

2. Hindari basa-basi yang nggak perlu

Nggak usah tanya sesuatu yang sekiranya bakal menambah luka bagi keluarga yang ditinggalkan. Apalagi berbasa-basi perihal yang tak penting. Mending pulang aja, deh!

3. Mendoakan dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan

Hal utama yang memang harus dilakukan dari melayat yaitu mendoakan dan menguatkan, memberikan dukungan emosional dan moral yang pasti sangat dibutuhkan untuk keluarga yang ditinggalkan.

Film pendek yang memenangkan banyak penghargaan ini memang sangat sederhana, tetapi penuh makna dan mengandung sentilan-sentilan yang seharusnya dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat khususnya di Indonesia.

Daripada penasaran, mending nonton sendiri deh di sini!

Penulis: Sekar Tiara S
Penyunting: Yohanna Christiani

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Pesan dan Kanal
Pesan dan Kanal

Written by Pesan dan Kanal

Tempat nongkrong anak Komunikasi! Follow Akun Instagram kami juga @pesandankanal!

Responses (1)

Write a response

Terima kasih, yaa!

2