Stand Up: Karena Komedi Bukan Sekedar Lucu
Masyarakat kini sudah tidak asing lagi dengan istilah stand up comedy, apalagi kaum milenial. Salah satu cabang seni komedi ini adalah sebuah lawakan yang dilakukan secara tunggal. Pelawak yang membawakannya disebut sebagai comic atau komika.
Nah, menariknya, materi lawakan yang dibawakan memiliki topik bahasan yang sangat variatif. Dengan stand up comedy, bahasan isu serius hingga hal-hal receh bisa jadi hal yang bisa dinikmati bersama secara tertawa. Contohnya, para komika bisa membahas tentang tata hukum negara, atau bahkan mengenai kekonyolan di hidup para komika itu sendiri.
Biasanya, stand up comedy dilakukan di tempat tongkrongan anak muda, seperti di cafe-cafe. Para komika membawakan materi di depan audiens dengan cara bermonolog.
Menurut Affan (2012), Stand up comedy dimulai pada tahun 1800-an di Amerika. Pada masanya, terdapat teater dengan nama “The Minstrel Show” diselenggarakan oleh Thomas Dartmoith. Acara dengan lawakan simpel mampu mendapat animo besar dari para warga. Sedangkan, istilah stand up comedy dan comic baru dikemukakan pada tahun 1966 oleh para individu dari Universitas Oxford.
Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut Papana (2012), stand up comedy diawali oleh Taufik Savalas melalui acara Ramon Papana dan Comedy Café. Usaha tersebut kemudian diteruskan oleh Iwel Wel pada acara yang didesain Indra Yudhistira. Bermula pada tahun 2011, stand up comedy kembali dipopulerkan oleh Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika. Momen tersebut mendapat perhatian dari Metro TV dan Kompas TV. Sejak saat itu pula beberapa komunitas stand up comedy bermunculan di seluruh wilayah nusantara.
Baca juga: Kemana Arah Langkah Media Konvensional di era 4.0?
Sebelumnya, di dalam persiapan dari komedi itu enggak bisa dilepaskan dari aspek struktur. Bisa dilihat bahwa komedi itu punya 2 struktur, antara lain…
- Set-up
Disini tujuannya untuk memberikan fakta dan membangun ekspektasi audiens nantinya. Set-up merupakan bagian yang tidak bersifat lucu. Bisa disebut juga sebagai premis maupun pengantarnya untuk masuk ke bagian inti yang ‘lucu’.
2. Punch-line
Punchline disebut sebagai saat dimana ekspektasi itu dihancurkan. Disini komika akan bermain di dalam men-twist fakta untuk ekspektasi audiens. Tujuannya untuk menyuguhkan sesuatu yang mengejutkan sebagai penutup set-up. Poin utama di punch-line ialah penyajian bagian lucu dari suatu materi komika.
Stand up comedy menjadi hiburan tersendiri bagi para penikmatnya. Dalam praktiknya, penyampaian materi oleh para komika memuat berbagai pengetahuan tentang ilmu komunikasi.
Apa aja sih? Check it out, guys!
Pertama…
Komedi adalah suatu fakta yang di-twist oleh para komika. Bisa dilihat bahwa komika harus bisa men-twist fakta sehingga audiens bisa mendapatkan “ooo moment”. Dengan kata lain, disinilah letak pesan yang harus disampaikan kepada audiens. “Ooo moment” tersebut tergantung kepada setiap komika yang menyampaikan materi. Lewat materinya, komika bisa menyampaikan apapun yang mereka mau, dari politik, fakta-fakta, keresahan, sampai kebiasaan sehari-harinya kepada audiens.
Setelah menentukan tema materi, komika harus memetakan set-up dan punch-line di materinya, yang tujuannya jelas memancing tawa audiens saat penampilannya.
Kedua…
Dalam mempersiapkan sebuah materi , para komika kerap melakukan sharing dengan komika lain. Pada saat ini juga para komika bertukar pendapat mengenai materi masing-masing untuk mendapatkan kritik, saran, maupun tanggapan dari para komika yang lain supaya materi makin sip. Tentu saja, di sesi sharing inilah komunikasi interpersonal juga membantu materi para komika.
Ketiga…
Selanjutnya, komika akan berlatih dengan materinya sebelum open mic. Biasanya, komika melakukan latihan dengan dirinya sendiri di depan kaca atau menyampaikan materinya di depan teman. Di sini, komika melatih kemampuan komunikasi non-verbalnya seperti bahasa tubuh.
Keempat…
Setelah bisa materi sudah sip, komika juga harus bisa menyampaikan ‘pesan’ mereka ke audiens. Nah, pada saat inilah peran public speaking penting banget. Dalam penyampaian pesan serta agar menarik interest audiens dengan twisted fact, komika harus memperhatikan beberapa aspek tertentu seperti perbendaharaan kata yang tepat, mimik wajah, gestur, penekanan, maupun rima.
Hingga sekarang, stand up comedy sangat diminati oleh masyarakat di Indonesia. Apalagi mayoritas lawakan disajikan melalui televisi sehingga jangkauan pasar menjadi sangat luas.
Stand up comedy hadir sebagai sesuatu yang baru di dunia hiburan. Konsep entertainment yang dibalut dengan ‘smart jokes’ mampu menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat. Kombinasi antara humor, kemampuan berkomunikasi, dan pengetahuan menjadi pengembangan untuk para komika.
Nggak nyangka kan guys? Ternyata banyak juga ya komponen ilmu komunikasi yang harus diaplikasikan di dalam proses stand up comedy. Selain kita bisa seneng-seneng lewat guyonan, kita juga bisa nambah ilmu tentang komunikasi. Ilmu komunikasi nyatanya berguna banget di dalam kehidupan kita ya. Setiap saat kita nggak bisa jauh-jauh dari yang namanya komunikasi.
Wah, pastinya semakin semangat ya buat memperdalam lagi tentang komunikasi!
Penulis : Dimas Satriawan
Penyunting : Syarifah Nur Aini & Muhammad Alberian Reformansyah
Cek juga tulisan kami yang lain disini ya!
Daftar Pustaka:
Affan. (2012). Stand Up Comedy. Yogyakarta : Immortal Publisher
Papana, R. (2016). Stand Up Comedy Indonesia. Elex Media Komputindo.