
Seleb Juga Manusia, Punya Hati Punya Privasi
Media punya peran yang sangat penting sebagai tempat penyebaran informasi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui media, setiap orang akan terpapar pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Namun, sering sekali kita melihat berita-berita tentang selebriti yang dijadikan konsumsi publik padahal hal itu menyangkut ranah pribadi yang menjadi privasi bagi si seleb.
Berdasarkan riset Pew Research Center,40 persen responden merasa media memberikan perhatian terlalu besar pada selebriti sehingga bisa kita rasakan saat ini bahwa paparan media berpengaruh di balik maraknya konsumsi publik tentang kehidupan selebriti.
Disisi lain, sebagian besar orang justru menikmati kehidupan selebriti karena menarik. Popularitas dan gaya hidup mampu menjadi daya pikat bagi berbagai kalangan terkhusus para penggemar si seleb tersebut. Apalagi dengan berbagai citra seleb yang terbentuk di media. Hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana masyarakat memperhatikan si seleb tersebut.
Dramaturgi dari Privasi Selebriti: Kenikmatan HQQ
Dalam konteks keilmuan komunikasi kita mengenal sebuah teori yang bernama Dramaturgi. Teori Dramaturgi pertama kali dicetuskan oleh Erving Goffman. Secara garis besar, menurut teori ini kehidupan kita ibarat sebuah panggung drama. Setiap orang memiliki citra atau wajah yang akan diwujudkan kepada khalayak sesuai dari script sehingga akan semua orang akan memainkan peran dalam kehidupan masing-masing (Widodo, 2010:167).
Selebriti yang biasa tampil di media dengan berbagai gimmick, karakter, gaya hidup tentunya menyimpan banyak tanda tanya dalam kehidupan aslinya. Mereka bisa jadi hanya terlihat bahagia, tersenyum tanpa beban hanya di depan kamera saja. Urusan belakang tiada yang mengetahui sehingga memang urusan ini yang kerap menjadi obrolan masyarakat apabila ada hal ganjil atau kontras dengan citra yang melekat pada si selebriti.
Secara lebih dalam, teori dramaturgi memiliki konsep lebih spesifik dalam dua jenis, yaitu konsep front stage dan juga konsep back stage. Konsep front stage dapat didefinisikan bahwa setiap orang akan memberikan penilaian lewat berbagai hal yang ditampilkan atau diberikan oleh lawan bicara sehingga dengan hal itu kita akan memperlakukan orang lain (Haryono dan Suneki, 2012).
Kita ketika ingin berinteraksi dengan orang lain, tentu kita akan secara sengaja menampilkan diri kita sesuai apa yang diinginkan atau script sehingga hal tersebut masuk dalam bagian front yang memiliki bagian panggung, penampilan, dan gaya bertingkah laku.
Begitu pula seleb, tentunya ketika berada di sorot kamera mereka akan berusaha untuk selalu menjaga banyak hal. Penampilan dan ucapan menjadi hal utama yang harus dijaga untuk dapat dikonsumsi khalayak. Belum lagi apabila terdapat ikatan sponsor dan lain-lain yang menuntut si seleb untuk menjadi seseorang bercitra baik supaya diminati oleh banyak orang.
Konsep lainnya dari teori Dramaturgi yaitu back stage. Menurut Erving Goffman, definisi dari back stage ini para manusia atau penampil panggung bisa bersantai dengan melepaskan berbagai atribut yang melekat padanya di atas panggung sehingga setelah tampil dengan berbagai faktor, si penampil bisa kembali bebas dari segala hal yang membelenggu di depan panggung meskipun di belakang panggung pasti banyak juga yang tidak menyukai penampilannya (Haryono dan Suneki, 2012).
‘’Melepas peran di depan panggung’’ seperti itu para seleb ketika berada di back stage atau belakang panggung. Setiap seleb pasti punya kehidupan asli yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Kisah asmara, kehidupan keluarga, dan karakter asli tentunya menjadi misteri yang jarang banget diketahui banyak orang.
Sudah selayaknya kita menjadi manusia yang lebih beradab. Memanusiakan sesama manusia termasuk berlaku kepada para selebriti. Mereka juga merupakan manusia yang tidak sempurna. Kehidupan yang kontroversial, aib, atau apapun yang muncul dari mereka tidak semestinya menjadi konsumsi publik atau bahkan menjadi perbincangan mulut ke mulut seluruh antero negeri.
Selebriti juga punya privasi dan wajib dijaga sehingga masyarakat tidak kelewatan dalam mengonsumsi apalagi sampai terlalu ambil bagian dalam kehidupan seleb. So, jadi netizen cerdas yuk. Gunakan internet dengan lebih bijak ya gaes!
Penulis: Ajie Prasetya
Penyunting: Muhammad Alberian Reformansyah
Daftar Pustaka:
Haryono dan Suneki. 2012. Paradigma Teori Dramaturgi Terhadap Kehidupan Sosial. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, №2, Juli, 2012. Universitas PGRI Semarang.
Widodo, Suko. 2010. Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial. Malang: Aditya Media Publishing.