Seandainya TVRI jadi TV Favorit Indonesia
Teman Sepekan tau kan TVRI? Jawabannya, bisa jadi ‘tau’ karena emang jadi salah seorang dari secuil penikmatnya, atau bisa juga tahu yang hanya sekedar tau. Huhuu , kok miris ya?
Padahal, jika melihat kilas balik sejarah bangsa Indonesia, kanal televisi yang satu ini tidak luput menjadi bagiannya. Terhitung dari awal mula didirikannya pada 24 Agustus 1962, dengan menampilkan siaran langsung pertamanya yakni pembukaan pesta olahraga Asian Games ke-4 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, di mana tujuan pemerintah waktu itu mempropagandakan Indonesia ke dunia internasional.
Hingga saat ini 30 tahun sudah TVRI membersamai, menjadi saksi pasang dan surutnya bangsa Indonesia, dari sejak abad orde baru sampai masa sekarang ini (reformasi).
TVRI menjadi layanan penyiaran publik melalui ketetapan Peraturan Pemerintah no. 9 tahun 2002. Menjadi televisi publik yang mana isi programnya haruslah informatif, mendidik, sekaligus menghibur bagi beragam suku bangsa, dan memuat kepentingan publik. Karena isi program yang kebanyakan berbeda dari kanal televisi lain inilah yang menjadikan TVRI mengusung slogan sebagai “Media Pemersatu Bangsa”.
Pada masa-masa yang lalu, tentulah TVRI menjadi juaranya, mengingat kanal ini merupakan kanal televisi pertama yang mengudara di Indonesia dan menjadi satu satunya kanal pilihan masyarakat pada saat itu, memonopoli dunia pertelevisian Indonesia hingga tahun 1989, sebelum TV swasta mulai mengudara. Tapi sekarang, melihat begitu banyaknya kanal televisi swasta dengan tawaran programnya yang variatif dan kekinian, akankah TVRI bisa bertahan dengan kulturnya sebagai ‘Media Pemersatu Bangsa’?
Konten TVRI
Selama periode TVRI yang dulu, khalayak penonton lebih banyak disuguhi dengan berbagai produksi program hiburan dan informasi, yang lebih merujuk pada kepentingan politik penguasa. Dari acara hiburan, informasi sampai pendidikan, praktis berada dalam “pagar” pesan, kepentingan dan interpretasi tunggal pemerintah. Isi pesan diformat sedemikian rupa untuk tidak memiliki multi makna kecuali sebagai suatu sikap tunggal pemerintah.
Akibatnya kemudian adalah monopoli siaran, program dan isi program oleh pemerintah dan menjadikan khalayak hanya semacam bank data.
Namun periode TVRI yang sekarang, pasca monopoli, TVRI mulai berperan sebagaimana mestinya sebuah televisi publik, yang tidak hanya memuat kepentingan penguasa, tetapi juga masyarakatnya.
Program TVRI yang sekarang telah mencakupi berbagai acara seperti : anak-anak, berita, pendidikan, sinetron, filler, hiburan, impor, olahraga, opini, pendidikan, talkshow, variety, dan lainnya, tanpa keluar dari koridornya sebagai media televisi yang memuat kepentingan publik.
Ada pula program unggulannya seperti: Indonesia hari ini, dunia dalam berita, olahraga kampung, otomotif, rumah bulutangkis, salam olahraga, pesona Indonesia dan masih banyak lainnya.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) juga menayangkan program baru dari Kemendikbud yang bertajuk Belajar dari Rumah. Program tayangan ini menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi siswa, guru, maupun orang tua, selama masa belajar di rumah di tengah wabah Covid-19.
Program ini diisi dengan berbagai tayangan edukasi, seperti pembelajaran untuk jenjang PAUD hingga pendidikan menengah, tayangan bimbingan untuk orang tua dan guru, serta program kebudayaan di akhir pekan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 9 April, 2020.
Mas Nadiem juga mengatakan, meskipun Kemendikbud sudah menjalin kerja sama dengan platform teknologi atau online learning milik swasta untuk memfasilitasi siswa belajar di rumah, namun Kemendikbud menyadari bahwa masih banyak sekolah di daerah yang tidak memiliki akses internet, sehingga dipilihlah televisi menjadi salah satu alternatifnya.
Persaingan TVRI dan TV Swasta
Setiap kanal TV mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, semua bergantung pada selera masyarakat. Namun kita bisa melihat, bisa menelaah, bisa memprediksi. Dengan fenomena sekarang, dengan arus global yang sedemikian majunya, dengan pemuda-pemudi yang berbondong-bondong meng-upgrade dirinya agar tidak ketinggalan zaman, rasa-rasanya kita sudah bisa memprediksi oleh siapakah persaingan ini akan dimenangkan?
Sederhana saja, kita bisa melihat dari masing-masing programnya. TVRI sebagai televisi publik menyuguhkan program yang mengedukasi dan informatif, meski tetap ada unsur hiburannya, pun setiap program dikemas dengan menarik agar masyarakat tertarik.
Tetapi TV swasta hadir dengan menawarkan programnya yang tidak terikat oleh kaidah ‘mengedukasi dan informatif’, asalkan menghibur, menarik, dan disukai khalayak saja sudah cukup bagi TV swasta untuk melakoni programnya. Yah, bagi TV swasta menggaet uang dari khalayak melalui rating setinggi-tingginya memang menjadi tujuan utama, bisnis.
Jadi, akankah masyarakat lebih memilih program informative ragam budaya? Alih-alih nonton sinetron yang sudah pasti ‘mengasyikkan dan nggak bikin ngantuk?
Persaingan TVRI dengan Layanan Streaming Kekinian
Persaingan TVRI dan TV swasta saja sudah nyaris membuat TVRI kehilangan khalayaknya, sekarang ditambah dengan munculnya layanan streaming kekinian seperti Netflix, Iflix, HOOQ, Viu dan Genflix dengan menawarkan tayangan berbagai film terbaik, drama asia, anime, dokumenter dan lainnya. Wohoo, bisa dibayangkan akan se-kelimpungan apa TVRI mempertahankan dirinya untuk sekadar berada di posisi stabil?
Mengingat banyaknya pesaing, agaknya TVRI harus bangkit memulai persaingan, jika tidak, maka TVRI harus terima nasib jika kanalnya akan tertinggal jauh di belakang, karena programnya yang tidak mengikuti selera zaman.
Hanya gagasan nyeleneh, Bagaimana yaa jika seandainya TVRI memulai aksi persaingannya dengan membuat semacam TV Series yang dibintangi oleh aktor dan aktris berkualitas ternama seperti Reza Rahardian, Joe Taslim, Dian Sastro, dan artis-artis kondang lainnya. Lalu, ‘sinetron’ di-iklanin secara besar-besaran, jor-joran, pokoknya secara masif bisa sampe viral. Bayangkan saja akan seheboh apa jagat Indonesia melihat aktor dan aktris pentolannya bangkit main di serial tersebut?
Tapi, pertanyaannya, bisa nggak sih TVRI jadi TV favorit Indonesia?
Sebenarnya bisa saja dan mungkin saja. Tetapi kemungkinan yang satu ini berbeda dari kemungkinan kemungkinan yang lain, karena untuk mewujudkan ini, harus dibarengi dengan kesadaran bersama. Pemerintah harus mendukung ide-ide kreatif dari pihak pengelola televisi, dan memfasilitasi realisasi ide-ide tersebut, pihak pengelola TVRI juga harus terus riset tren mengenai apa yang disukai masyarakat pada zaman ini, dan masyarakat niscaya akan mendukung semua effort yang telah dikerahkan pemerintah bersama TVRI.
Semua stasiun TV boleh saja melakukan program bermacam apapun demi menggaet khalayaknya, tapi setidaknya kita butuh satu TV yang harus tetap pada ke-Indonesia-annya, kelokalannya, dan keunikannya.
Penulis : Himatul Azqiya
Penyunting : Muhammad Alberian Reformansyah
Sumber :
TVRI Nasional (Instagram) (2020). “Ucapan Selamat HUT ke-58 TVRI dari Direktur Utama LPP TVRI, Iman Brotoseno…” Diakses tanggal 30 August 2020.^ a b
Rio Rahardia. “e Library Unikom: TVRI Jawa Barat, hlm. 1” (PDF). Diakses tanggal 24 Agustus 2019.
Seto Budi HH, Industri Televisi Swasta Indonesia dalam Perspektif Ekonomi Politik, Vol 1, No 1, 2004, 2.