Melihat Sisi Lain dari Estetika Emoji
Bertukar pesan via social media hanya dengan mengandalkan tulisan saja seringkali terkesan membosankan. Apa yang dilihat cuma sebatas deretan huruf di mana membutuhkan tenaga ekstra untuk memaknainya. Kita secara tidak langsung harus menerka nada suara pengirim dan suasana hati yang sedang dirasakan lewat teks pesan tersebut.
Ke-monoton-an teks pesan itu, kadang menjadi core dari perasaan jenuh hingga bosan, karena sejatinya manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Dari situ pula, emoji ditemukan sebagai simbol menyampaikan ekspresi dalam teks pesan.
Ratusan simbol wajah yang bisa kita temukan saat mengetik teks pesan ini berasal dari bahasa Jepang, yang merupakan gabungan dari kata e (gambar) dan moji (karakter). Emoji selalu dihadirkan dalam beragam media chatting dengan banyak varian. Setiap perasaanmu akan mampu divisualisasikan dengan karakter tertentu yang cocok untuk mewakilinya.
Emoji: The Origin
Menurut Novak dkk (2015), ratusan simbol wajah yang bisa kita temukan saat mengetik teks pesan ini berasal dari bahasa Jepang, yang merupakan gabungan dari kata e (gambar) dan moji (karakter). Emoji selalu dihadirkan dalam beragam media chatting dengan banyak varian. Setiap perasaanmu akan mampu divisualisasikan dengan karakter tertentu yang cocok untuk mewakilinya
Simbol ini sengaja diciptakan berdasarkan atas ekspresi wajah fisiologi manusia, emoji menyandang predikat sebagai tiruan dari ekspresi wajah yang berbentuk gambar berkarakter. Bisa ditarik garis besarnya nih, bahwa emoji sebagai ikon, ideogram, maupun simbol grafis yang mampu mewakili suatu karakter dan punya fungsi untuk mengekspresikan emosi maupun ide dalam komunikasi digital.
Shigetaka Kurita, seorang individu asal Jepang merupakan pencipta emoji pertama kali. Saat itu, ia di dalam project untuk menggarap i-mode yakni suatu platform mobile internet pada sebuah operator Jepang Nippon Telegraph and Telephone (NTT). Nah, ternyata dari situ, Kurita terinspirasi tentang begitu simple-nya simbol ramalan cuaca dan tanda-tanda di jalan yang secara universal gampang dipahami. Simbol dan tanda tersebut bisa ‘berbicara’ terhadap suatu arti tertentu. Berpijak atas hal itu, Kurita pun akhirnya bertekad untuk mewujudkan segala hasil pengamatannya dalam project-nya.
Project Kurita ini terdiri dari simbol-simbol emoji pertama yang terdiri dari 176 piktogram dengan resolusi 12 x 12 pixel. Hingga pada tahun 2010, emoji diterjemahkan ke dalam Unicode yang mampu berkembang pesat sampai saat ini. Menurut KompasTekno yang bersumber pada Phone Arena, mulai tahun tersebut emoji mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan mencapai angka 722. Tahun 2016 di Museum of Modern Art (MoMA), emoji pertama yang diciptakan oleh Kurita berhasil dipajang.
Hari emoji sedunia dirayakan setiap tanggal 17 Juli. Di sisi lain, Google menjadikan hari emoji pada tanggal 12 Juli, sedangkan Twitter pada 15 Juli. Sampai sekarang pun perihal kepastian tahunnya masih menjadi teka-teki. Namun, sesuai sejarah emoji pertama diciptakan pada tahun 1998 atau 1999 dan dirayakan secara perdana tahun 2002. Perayaan pertama kali tersebut tepat dilakukan pada tahun di mana pihak Apple ‘meluncurkan’ sebuah aplikasi iCal dalam agenda Konferensi MacWorld.
Gimana Perannya?
Selain sebagai penunjuk emosi dalam pesan, emoji juga punya peran sebagai isyarat nonverbal yang mampu memenuhi fungsi-fungsi pesan nonverbal (Lo, 2008:597). Kenapa pesan nonverbal itu perlu? Menurut DeVito (2013) ada beberapa fungsi pesan nonverbal, here we go…
- Repetisi
Lewat fungsi repetisi, emoji bisa berperan sebagai aktivitas untuk mengulang lagi gagasan yang sama di mana udah disampaikan secara verbal.
2. Substitusi
As always, emoji selalu jadi pengganti lambang-lambang yang bersifat verbal. Tanpa ngomong panjang lebar, cukup send satu emoji, kelar deh.
3. Kontradiksi
Emoji bisa juga dipakai buat menolak atau ngasih makna lain terhadap pesan verbal yang sudah disampaikan sebelumnya.
4. Komplemen
Pesan verbal-mu bakalan dilengkapin sama emoji yang sebagai sebuah isyarat nonverbal. Nggak tanggung-tanggung, bahkan makna pesannya aja bisa diperkuat.
5. Kontrol
Emoji punya peran buat mengontrol seseorang juga, guys. Misalnya nih, kamu lagi bete sama temen atau doi deh. Tanpa panjang lebar, kirim aja emoji yang raut mukanya gini — 😊 — . Dijamin, habis itu dia bisa kelimpungan dan nyoba buat mahamin kamu.
6. Aksentuasi
Pake emoji ternyata bisa banget buat ngasih penekanan atau nge-highlight ketegasan sebuah pesan verbal.
Pada dasarnya emoji tuh sama halnya dengan ekspresi wajah kita dan termasuk dalam kategori pesan nonverbal. Gimana nih, relate nggak sama pengalaman kalian?
Bagaimana Emoji Mendunia?
Menurut Ai dkk (2017), faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan emoji adalah karena emoji tersebut populer. Kok bisa populer? Karena emoji punya sifat-sifat dibawah ini:
Sifat Struktural Semantik
Sebenarnya untuk bisa paham sama kepopuleran emoji perlu tahu makna emoji terlebih dahulu. Deskripsi makna sudah disediakan oleh Unicode Consortium, tapi para pengguna biasanya enggak baca sih kalau mau menggunakan emoji. Para pengguna justru lebih suka memberi karakter tersendiri terhadap sebuah emoji. Di mana karakter tersebut mengartikan emoji dengan kata yang paling mirip sama maknanya. Nah, kemiripan antara emoji dan makna itu diukur secara semantik.
Mampu Melengkapi Kata-Kata
Emoji bisa digunakan sebagai sarana pelengkap kata-kata yang mampu untuk menghindari dari adanya kesalahan persepsi. Ketika sebuah kata disisipi oleh emoji maka pihak penerima pesan akan lebih gampang untuk mempersepsi hingga menginterpretasi makna pesan.
Pesan yang Sentimental
Secara umum, banyak individu yang lebih sering menggunakan emoji dengan ekspresi sentimental. Kondisi tersebut terjadi ketika seseorang harus menyampaikan pesan-pesan yang sarat akan perasaan. So, bisa dipastiin kan, isi pesan itu akan dilengkapi oleh emoji-emoji yang sentimental.
Seberapa Besar Pengaruhnya dalam Penyampaian Pesan?
Penggunaan emoji dalam proses komunikasi dapat mengubah persepsi seseorang. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lo, ketika orang-orang menerima pesan tanpa emotikon, mayoritas dari mereka tidak mampu meginterpretasikan emosi dan atensi yang dimaksud pengirim pesan. Sedangkan saat pesan yang sama namun disisipi dengan emosikon dikirimkan maka orang-orang mengalami perubahan atas hasil interpretasinya secara signifikan (Lo, 2008;597).
Selain itu, Emoji bisa memudahkan subjek untuk memahami pengirim pesan, diungkapkan oleh Huang, Yen, & Zhang (2008) bahwa emoji mampu membuat pesan diterima dengan baik dan merupakan alat yang berguna di dalam komunikasi karena bisa memunculkan perasaan nyaman dan kesenangan.
Penggunaan emoji jadi cara yang mudah buat menarik perhatian penerima pesan. Emoji sengaja dibuat dengan menyerupai ekspresi wajah komunikasi via teks merupakan jenis komunikasi yang hanya memanfaatkan kemampuan indera penglihatan. Nah, makanya diperlukan stimulus yang mampu menarik perhatian supaya penerima pesan bisa mengerti isi pesan dengan baik.
Penulis : Syarifah Nur Aini
Penyunting : Muhammad Alberian Reformansyah
Sumber :
Ai, W., Lu, X., Liu, X., Wang, N., Huang, G., & Mei, Q. (2017). Untangling emoji popularity through semantic embeddings. Proceedings of the Eleventh International AAAI Conference on Web and Social Media.
DeVito, Joseph, A. (2013). The Interpersonal Communication Book (13th ed.). Perason Education : New Jersey.
Lo, Shao-Kang. (2008). The nonverbal communication functions of emoticons in computer-mediated communication. Cyberpsychology & Behavior, 11(5). 595–597. DOI: 10.1089/cpb.2007.0132
Novak, P. K., Smailovi´c, J., Sluban, B., & Mozeticˇ, I. (2015). Sentiment of emojis. Plos One, 10(12). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0144296