Kita Semua Butuh Literasi Media

Pesan dan Kanal
5 min readAug 8, 2020

Image by tiday from Pixabay

Literasi media harusnya bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita, apalagi di masa kayak gini. Sebenernya, literasi media udah ada puluhan tahun yang lalu, sayangnya suaranya cuma terdengar sedikit di Indonesia, hiks. Banyak alasan sih di balik ini semua. Rendahnya angka literasi di masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor yang membuat sulit berkembangnya literasi media ini.

Menurut Uni Eropa, tujuan utama dari literasi media adalah meningkatkan kesadaran terhadap berbagai pesan media yang memasuki kehidupan sehari-hari. Lewat hal ini, literasi akan membantu masyarakat untuk mengenali cara media dalam memberikan informasi. Bisa dibilang, literasi media jadi kebutuhan dasar warga dunia dalam kebebasan ekspresi dan hak untuk mendapatkan informasi serta sarana membangun dan mempertahankan demokrasi.

Dalam lingkup literasi media biasanya banyak jenis media yang dibahas kayak media cetak, penyiaran sampai digital. Konten berita, iklan, hiburan, dan informasi juga jadi studi utama. Tapi, beberapa konten seperti pornografi, kekerasan, kesehatan, gender, sampai lingkungan jadi sorotan utama literasi media.

Lebih lengkapnya, ada 4 isu utama literasi media menurut Elizabeth (1996 dalam Tuz), yaitu:

Pertama, Kesadaran Memilih Konten di Media

Meminjam istilah McLuhan yang sangat populer yaitu ‘’medium is the message’’, maka setiap media memiliki karakteristik pesan dan makna yang berbeda.

Andaikata setiap orang nggak sadar akan makna dari pesan tersebut, maka mereka pun nggak akan sadar akan dampak atau efek akan konsumsi dari media tersebut. Ketika seseorang bisa sadar dan paham dalam memilih konten media yang dikonsumsi, maka ia dapat dengan mudah memperhatikan dampak media bagi kondisi afektif, kognitif, maupun perilakunya.

Kedua, Keterampilan Membaca/Menonton secara Kritis, Termasuk Aktivitas Memproduksi Media

Pasti kita sering banget liat berita dan konten ‘’sampah’’ di media Indonesia. Nah, melalui pengetahuan literasi media, seseorang diyakini dapat mengkritisi tentang konten tersebut bahkan lebih dari itu dianggap bisa mewujudkan langkah kritis dengan cara membuat media alternatif dan membuat konten baik disitu.

Ketiga, Analisis Konteks Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam Lingkungan Media

Isu ini sangat penting bagi setiap orang yang ingin belajar literasi media. Ketika udah belajar literasi media, mereka diharapkan bisa memahami tentang cara pembuatan opini oleh media apapun. Dari hal itu ketika sudah berada dalam kehidupan dan bermedia, si khalayak mampu menjadi lebih kritis, skeptis, dan hat- hati apabila menyimpulkan seseorang tokoh atau cerita yang biasa ditampilkan oleh media.

Keempat, advokasi dan gerakan media serta perubahan sosial.

Kehadiran literasi media dianggap bisa mewujudkan masyarakat yang lebih partisipatif. Dengan kemampuan berpikir kritis, khalayak dianggap mampu membuat sebuah opini yang benar serta membawa keputusan serta gerakan sosial yang usefull bagi setiap golongan sehingga kesadaran ini memicu tumbuhnya konten yang baik pula di media.

Menurut pendekatan ini, literasi media nggak bakal bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kita sebagai audiens seharusnya jangan merasa takut untuk berperan di dalamnya, karena media butuh masyarakat dan sangat diharapakan masyarakat juga berpartisipasi dalam kegiatannya.

Dari beberapa isu itu, kesadaran akan kebutuhan literasi media menjadi persoalan penting sekarang. Terkhusus jika kita melihat beragam masalah yang timbul akibat media. Semua kalangan memiliki masalah dengan media dan cenderung tinggi saat ini. Kehidupan yang seharunya bisa dijalankan adem-ayem, malah jadi spaneng. Tentunya, hal itu karena ketidakmampuan mengelola diri dalam bermedia dan rendahnya literasi media yang dimilikinya.

Pentingnya Literasi Media Sejak Dini

Dalam bermedia, anak-anak dan remaja (0–18 tahun) dianggap jadi khalayak paling rentan (Herlina, 2019). Alasan utama karena masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan fisik, kognitif, emosi, dan moral (Potter, 2013: 58).

Anak-anak, dalam pandangan banyak orang dirasa belum punya kompetensi untuk melindungi diri sendiri sehingga akan gampang terpengaruh dari banyak hal buruk di media.

Dalam pertumbuhan kognitif, anak belum punya pemahaman logika yang benar sehingga membutuhkan keluasan dan contoh yang baik secara berkelanjutan. Fase tersebut merupakan waktu untuk bertumbuh sehingga orangtua harus mengarahkan si anak untuk terus bergerak dan menghindari konflik dari media yang dikonsumsi.

Bayangin aja semisal semenjak kecil si anak udah mengonsumsi konten pornografi, maka secara ngga langsung akan memancing keinginan seksualnya dan akan membentuk orientasi seksual pada anak semenjak dini. Hal itu tentu sangat berbahaya, belum lagi masalah lainnya, kayak cyberbullying. Kasus dari tindakan yang merupakan menyakiti orang lain baik secara verbal maupun non-verbal ini sudah mencapai 22,4 persen dan menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), masalah ini dipicu oleh tingginya konsumsi internet pada anak.

Peran orangtua dan keluarga tentu sangat disarankan dalam mengawasi interaksi anak dengan teman-temannya. Hal ini bisa dilakukan dengan mengecek handphone secara langsung serta membatasi tingkat konsumsi internet.

Ini merupakan bentuk tanggung jawab karena perisakan memang jadi masalah sangat serius dan jadi tantangan untuk masyarakat terkhusus orang tua. Walaupun masih ada beberapa golongan lain yang rentan akan dampak media seperti perempuan dan manula, anak-anak dan remaja dianggap paling rentan dan sangat berpotensi tinggi terkena paparan negatif media.

#MulaiAjaDulu Belajar Literasi Media

Kesadaran yang mulai dibangun tentang literasi media tentu sangat baik jika dimulai dari sekarang. Nggak ribet,nggak ada salahnya, dan harus ,kalau kita ingin belajar tentang literasi media saat ini. Selain lewat perkuliahan komunikasi dan buku bacaan, banyak juga para pegiat atau komunitas yang mencoba memberikan pengetahuan tentang literasi media lewat media sosial, contohnya kayak dua komunitas dan lembaga ini:

  1. Remotivi

Berdiri tahun 2010, Remotivi merupakan lembaga independen studi dan pemantauan media dengan cakupan kerja penelitian, advokasi, dan penerbitan. Lembaga ini berdiri sebagai respon para media yang semakin komersial sehingga lalai terhadap aspek publik. Selain melalui website, Remotivi juga tersedia hampir di seluruh platform media sosial sehingga sangat membantu apabila kita ingin belajar tentang literasi media secara mudah.

2. Jaringan Pegiat Literasi Digital (JAPELIDI)

Berisikan mayoritas dosen perguruan tinggi di Indonesia, JAPELIDI merupakan tempat belajar yang asyik. Dengan konten-konten yang bermanfaat, JAPELIDI selalu memberikan informasi yang membuat masyarakat semakin menambah wawasan. Kabar baiknya, konten-konten dari JAPELIDI bisa diakses di banyak platform media sosial sehingga siap menambah wawasan kalian tentang literasi media.

Selain beberapa media di atas, ada beberapa media lainnya yang juga ngga kalah berkualitas. Untuk itu apapun platformnya, dengan belajar literasi media tentu akan menjadikan kita semakin kaya akan pengetahuan. Apalagi kalau melihat zaman sekarang dimana media sering menjadi tempat perang kepentingan dan ajang kejahatan.

Setidaknya dengan bekal literasi media, kita punya kemampuan untuk melindungi diri dan menyadarkan sesama akan dampak negatif dari yang kita konsumsi. Kita semua butuh literasi media. Yuk #MulaiAjaDulu dari kita untuk kebaikan sesama.

Penulis: Ajie Prasetya
Penyunting: Muhammad Alberian Reformansyah

Daftar Pustaka:

Herlina, D. (2019). Literasi Media: Teori dan Fasilitasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Potter, W.J. (2013). Media Literacy. Sage.

Tuz, I. (2007). Media Education as a Part of Citizenship Education in Ukrainian Secondary Schools.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Pesan dan Kanal
Pesan dan Kanal

Written by Pesan dan Kanal

Tempat nongkrong anak Komunikasi! Follow Akun Instagram kami juga @pesandankanal!

No responses yet

Write a response