Kenapa Prank Semakin Diminati?

Pesan dan Kanal
5 min readJul 21, 2020

Pengguna media sosial terkhusus platform YouTube pasti udah nggak asing lagi sama yang namanya ‘prank’. Prank berasal dari kata practical joke yang berarti lelucon terapan. Sedangkan pihak yang melakukan lelucon disebut sebagai prankster atau pratical joker.

Candaan dalam prank bersifat ‘mengerjai’ atau mampu dikatakan ‘membohongi’. Bisa diartikan bahwa prank sebagai lelucon yang mengakibatkan target atau korban tidak nyaman, kaget, malu, hingga marah. Konteks dalam bercanda pun sarat dengan hal-hal yang berbau negatif. Bahkan, pada akhirnya sebuah aktivitas prank dapat menimbulkan adanya kontroversi. Nah, makanya prank pun termasuk dalam sebuah komedi gelap. Sifat aslinya sih emang prank itu lucu, tapi muaranya malah bisa sampai ke ranah hukum. Meskipun niatnya buat bercanda, tetap bisa bikin rugi orang lain karena sisi dark humor itu sendiri.

Berawal dari April Mop

Nggak ada akibat yang tanpa sebab, begitu juga eksistensi prank ini. Prank ternyata ada kaitannya sama ‘April Mop’. Perayaan yang dilakukan pada setiap tanggal 1 April tersebut sebenarnya mempunyai asal-usul yang masih menjadi teka-teki. Banyak spekulasi yang muncul terkait dengan April Mop. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak individu yang menciptakan Hari April Mop versi lain.

Melalui radio, surat kabar, televisi, hingga situs web banyak memuat tradisi April Mop secara hiperbola. Hingga pada akhirnya, tradisi April Mop setiap tanggal 1 April menjadi semacam aktivitas biasa yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan pun. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa prank sudah menjadi komoditas oleh banyak pihak yang berasal dari motif mencari keuntungan, dan dapat menggeser sisi historis dari April Mop itu sendiri.

Berperan Sebagai Komoditas

Sejalan dengan peningkatan pengguna internet di Indonesia, terkhusus pada tahun 2020 terdapat sebanyak 175,4 juta pengguna. Akhir-akhir ini laman YouTube menjadi familiar di kalangan apapun, hingga profesi menjadi seorang YouTuber banyak diidamkan oleh banyak individu. Poin tersebut menjadi potensi untuk menghasilkan feedback positif nantinya. Pada perkembangannya, YouTubers menjadikan prank sebagai konten di situs mereka.

Atensi yang melimpah dihasilkan dari unggahan video yang berisikan prank tersebut. Apalagi jika ide dan target yang ditentukan untuk konten bersifat anti-mainstream, bisa-bisa masuk ke dalam list trending. Langkah-langkah itu dapat dimanfaatkan untuk mengundang viewers hingga meningkatkan jumlah subscribers mereka.

Firman Kurniawan sebagai pengamat budaya dan komunikasi digital yang berasal dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa prank diproduksi karena terdapat hubungan antara demand dan supply.

Di dalam dunia entertainment, demand dan supply saling terjadi antara pihak pembuat konten dan para audience yang saling terhubung melalui media sosial. Supply (penawaran) prank yang meningkat dipengaruhi adanya demand (permintaan) konten prank yang tinggi pula oleh audience dan akan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Kreativitas pun bisa disalurkan melalui prank demi memuaskan kebutuhan audiens terhadap asupan hiburan. Viewers selalu berharap dan member tuntutan akan munculnya konten hiburan yang baru serta tidak monoton, karena hal yang telah menarik di masa yang lalu menjadi biasa saja di hari yang selanjutnya. Apalagi di zaman sekarang ini semuanya serba digital dengan melalui dunia maya, ‘tingkat kadaluwarsa’-nya pun semakin mengikat.

Akan tetapi, kembali lagi ke peraturan utamanya bahwa para pencipta konten memiliki target untuk mengkonversikan konten mereka kedalam ranah likes, comment, reposting, traffic yang bermuara kepada trending, dan tentunya dapat berubah bentuk ke cuan.

Baca Juga: Karena Cuan, Terbitlah Koran Kuning

Alhasil, konten prank kini semakin digemari oleh banyak orang.

How could this happen?

Tony Blockey seorang kriminolog yang berasal dari University of Derby menuturkan bahwa prank adalah istilah lain dari keinginan untuk memberi kejutan atau menakuti. Sejalan dengan hal tersebut, prank sebagai produk hasil dari obsesi individu tertentu tentang sesuatu yang bersifat sensaional. Unsur shock yang disuguhkan oleh prank mengakibatkan dampak yang mengesankan maupun ketagihan.

Shock mampu menjadi sebuah mata uang yakni sebagai cara untuk memperoleh hal yang mengesankan. Poin itu pun membawa langkah bahwa saat ini prank dilakukan secara intens hingga menjadi sebuah budaya yang tidak asing lagi.

Berkaitan dengan Dominasi hingga Sisi Psikologis

“Kami tidak mengejutkan atau menakut-nakuti demi mengejutkan atau menakut-nakuti. Kami melakukannya untuk mencapai sesuatu.”

Aturannya, yang menjadi korban atau target itu sebagai objek dan pihak pemberi prank ialah subjek yakni mempunyai otoritas dalam pengendalian emosi target. Saat prankster itu berhasil sama prank-nya maka sama dengan ia memberi asupan untuk ego pribadinya, pencapaian, mendapat pujian, dan lainnya.

Ketika prankster tersebut bisa mencapai tujuannya, maka ia akan merasa memiliki kekuatan yang besar. Kondisi seperti itu berupa dorongan psikologis yang bertujuan untuk melakukan dominasi dan pengendalian terhadap individu yang lain. Menurut Blockley, sebagian besar pelaku prank adalah pria sedangkan sebagian besar korbannya ialah wanita.

Ia juga berpendapat bahwa dengan melihat pola tersebut pun sesungguhnya sudah sangat jelas bahwa prank merupakan cara bagi pria dalam mempertahanan posisi dominan mereka dalam budaya. Yakni, budaya yang menganut rasa menghargai perilaku laki-laki yang agresif hingga dominan atau disebut sebagai hegemoni maskulinitas.

Realitanya, individu tidak mampu untuk melakukan kontrol atas perilaku orang lain. Akan tetapi, dengan melalui prank setiap individu mampu memberikan kontrol dan menyuguhkan kejutan-kejutan. Prankster tidak melihat pihak yang mereka takuti sebagai seorang ‘korban’, justru mereka melihat sebagai objek untuk ajang pencapaian mereka. Hingga nantinya, prank bisa dikemas dalam sebuah konten untuk menghasilkan antusias dari viewers. Lambat laun, individu lain pun akan terdorong untuk melakukan apa yang telah ditontonnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan yang utama atas hal tersebut adalah untuk menjadi viral.

Nge-Prank Boleh Aja, Tapi…

Kata psikolog Ni Made Diah Ayu Anggraeni, M.Psi., prank termasuk ke dalam kategori permainan yang tujuannya untuk memeriahkan suasana dengan mengecoh pihak lain melalui upaya mengaburkan logika hingga realita. Beberapa kali individu tertentu melakukan prank dengan keterlaluan tanpa memperhatikan bagaimana reaksi nantinya terhadap orang yang akan di-prank. Maka dari itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti…

1. Pastikan kita sudah mengenali dengan baik perihal karakter, situasi, dan kondisi pihak yang akan di-prank.

2. Persiapkan pula tindakan antisipatif untuk pencegahan jika terjadi hal buruk kepada pihak tersebut.

3. Saat melakukan prank, perhatikan norma sosial yang berlaku di masyarakat.

4. Pastikan keamanan konten prank yang akan dilakukan. Sebaiknya memilih aktivitas yang aman sehingga tidak membahayakan fisik, verbal, dan psikologis.

Pola pikir dan tindakan kreativitas untuk menciptakan konten sebagai sarana hiburan memang patut diapresiasi, tetapi jangan menghindar dari kaidah sosial yang telah berlaku.

Penulis: Syarifah Nur Aini
Penyunting: Muhammad Alberian Reformansyah

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Pesan dan Kanal
Pesan dan Kanal

Written by Pesan dan Kanal

Tempat nongkrong anak Komunikasi! Follow Akun Instagram kami juga @pesandankanal!

No responses yet

Write a response