Endorsement: Peran Influencer Memperluas Pasar

Pesan dan Kanal
4 min readMay 16, 2020

Teknologi informasi kini banyak mengalami perkembangan. Apalagi ditambah dengan kemunculan internet dan lahirnya media sosial. Menurut Kaplan, Andreas, dan Haenlein (2010), media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Memasuki era globalisasi, dampak modernisasi mampu memasuki setiap sendi-sendi kehidupan. Penyebaran informasi merebak melalui sistem jejaring sosial online. Ruang publik secara digital menjadi terbentuk untuk para penggunanya. Masyarakat memiliki kebebasan berekspresi atas pemikiran maupun aktivitasnya.

Data penggunaan sosial media di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2020, persentase pengguna yang mengakses Youtube mencapai 88%, WhatsApp sebesar 84%, Facebook sebesar 82%, dan Instagram 79%. Kondisi tersebut otomatis telah menjadi peluang dalam melakukan aktivitas ekonomi. Kesempatan bisnis secara online terbuka dengan sangat lebar. Media sosial menjadi smart goal di dalam pemasaran produk maupun jasa. Potensi tersebut ditambah dengan interest masyarakat atas eksistensi di dunia maya.

Dewasa ini banyak beragam model bisnis melalui media sosial, terutama endorsement. Anyway, saat ini kita berada di zaman di mana selebgram tuh lagi punya posisi yang strategis banget. Endorsement memiliki arti yakni sebuah tindakan untuk men-support atas sesuatu. Nah, tujuan dari endorsement itu buat mencari konsumen-konsumen yang baru. Bisa dikatakan juga kalau endorsement ialah sebuah sistem iklan yang menerapkan sebuah prinsip barter. Kok bisa barter sih? Iya dong, jadi gini dalam sistemnya ada pertukaran produk dengan jasa karena seorang endorser itu berasal dari kalangan yang well-known banget gitu.

Pada mulanya, sejarah endorsement bisa dikatakan telah dimulai saat awal tahun 1900-an. Beberapa bintang olahraga seperti Ty Cobb, Babe Ruth, dan Cy Young jadi endorser perusahaan-perusahaan tembakau. Dulu, para endorser memberikan jasa mereka dengan bayaran berupa produk yang mereka iklankan. Dalam perkembangannya, sekarang jasa para endorser memiliki tarif tertentu. Kondisi tersebut memang berbanding terbalik sih dari endorsement zaman dahulu. Awal mula endorsement para selebriti bermula dari twitter. Mereka tidak pernah mematok tarif bayaran kepada online shop. Justru sistem endorsement dilakukan secara simbiosis mutualisme. Para selebriti dapet barang secara cuma-cuma dan online shop dapet konsumen dari followers para selebriti tersebut.

For your informations, guys. Ada beberapa istilah nih yang sering dipakai dalam bisnis ala endorsement :

1. Paid Promote (PP)

Di sini para selebriti medsos bisa mempromosikan produk entah barang, brand, akun, makanan, minuman, atau tempat tertentu dengan cara mem-posting produk tersebut. Ini cukup sederhana, jadi tinggal nerima materinya terus tinggal post aja deh ke media sosial. Tapi tarifnya biasanya lebih terjangkau nih.

2. Paid Endorse (PE)

Kalau yang ini, produk berupa barang atau jasa bener-bener dipakai sama selebriti medsos. Alurnya sih dipakai, difoto, baru deh di-posting. Terus, biasanya ditambah sama testimoni di caption mereka. Di sini effort-nya lebih gede, guys. So, tarifnya enggak kaleng-kaleng lagi sih pastinya.

Pengaruh besar bisa didapatkan dari penerapan strategi pemasaran online melalui media sosial. Ketika semakin banyak pengikut di akun sosial media bisnis kalian, maka akan semakin bertambah pula calon konsumen yang melirik bisnis kalian. Nah, makanya udah enggak heran lagi deh kalau sekarang para pemilik bisnis itu saling berusaha buat naikin followers di akun sosial media mereka. Kuncinya, menggunakan bantuan para influencer, that’s the point. Influencer merupakan senjata untuk promosi di dalam meraih kesuksesan bisnis. Influencer ini memuat orang-orang yang bisa dikatakan populer dan punya banyak followers di media sosial, terutamanya sih di instagram. Eh tapi, enggak semua akun instagram yang punya followers banyak bisa jadi influencer yang potensial buat promosi yaa, ingat itu. Kredibilitas (credibility), daya tarik (attractiveness), dan kekuatan (power) jadi aspek yang diperhatikan ketika menggunakan individu sebagai seorang endorser (Shimp & Andrews, 2013).

Sistem endorsement itu sendiri bisa memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Dari sisi positif yakni, produk yang dijual menjadi cepat terkenal, untuk meningkatkan penjualan, menambah followers akun media sosial bisnis, dan mempengaruhi kredibilitas produk dengan baik. Selain itu, sisi negatif yang dapat tertuai ialah, citra seleb medsos mempengaruhi citra produk, setiap influencer memiliki rate tersendiri, dan durasi iklan yang tidak bertahan lama.

Tambahan juga nih, guys. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah memberi himbauan kepada seluruh artis yang menerima jasa endorse produk untuk harus lebih selektif, terutama dalam mengecek terkait izin edar ataupun lisensi keamanan. Dinyatakan bahwa para publik figur endorse jangan hanya tergiur dengan nominal uang yang akan mereka terima. Akan tetapi, juga harus menjadi sosok pengawas di dalam meminimalisir peredaran produk berbahaya. Ketika menerima produk yang belum dikenal luas, diharapkan para influencer memiliki rasa kritis. Bisa juga untuk mengecek izin edar, kandungan produk, atau nomor registrasi di BPOM.

Sistem endorsement ini memiliki aspek efektivitas yang baik dengan mendatangkan hasil yang memuaskan. Pemilik online shop mampu menambah feedback dengan banyaknya calon komsumen. Masyarakat pun bisa dengan mudah mengetahui produk-produk yang mereka butuhkan juga. Para influencer mampu menambah pendapatan dengan promosi yang dilakukan mereka. Banyak hal-hal yang bisa kita ambil dan dimaknai. Setiap individu berhak menggunakan media sosialnya untuk berkarya atau tujuan tertentu. Akan tetapi, jangan lupakan perihal sisi positif yang melatarbelakangi pada aktivitas di dunia maya. Tetap bertingkah sesuai dengan batasan dan koridor yang telah ditentukan. Pandai-pandailah memanfaatkan peluang dengan konsep diri yang bijak. Stay positive!

“If opportunity doesn’t knock, build a door.” (Milton Berley)

Penulis : Syarifah Nur Aini
Penyunting: Muhammad Alberian Reformansyah

Sumber :

Kaplan, A.M. & Haenlein, M. 2010. Users of the World, Unite! The Challenges and Opportunities of Social Media. Business Horizons, 53, 59–68.

Shimp, T. A. & Andrew, C. 2013. Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing Communications. USA: Cengage Learning.

--

--

Pesan dan Kanal

Tempat nongkrong anak Komunikasi! Follow Akun Instagram kami juga @pesandankanal!