Clubhouse, (Pernah) Jadi Tren Media Sosial
Belakangan, ada aplikasi media sosial yang baru muncul dan langsung ramai menjadi buah bibir. Namanya Clubhouse, dikembangkan oleh pengusaha Silicon Valley, Paul Davison, dan mantan pegawai Google, Rohan Seth.
Meskipun baru dirilis Maret 2020, aplikasi ini sudah memiliki 1.500 pengguna aktif per minggunya. Baru join, kok sudah jadi incaran, kok bisa gitu, ya?
Mengenal Clubhouse
Clubhouse sendiri merupakan aplikasi media sosial berbasis audio. Jangan harap menemukan konten visual di Clubhouse karena bentuk yang disajikan berupa podcast, namun ditayangkan secara live. Sederhananya, join Clubhouse sama dengan gabung di tongkrongan. Komunikasi pun terjadi dua arah, ada yang menjadi pembicara dan pendengar.
Kemampuan Teman Sepekan dalam berbicara dan terbuka sangat dibutuhkan agar bisa ikut campur dalam percakapan yang terjadi. Ah, sama aja kayak teleponan sama temen, yang bikin nge-trend-nya di mana? Yuk, kita kupas!
Gara-gara Elon Musk.
Kalo CEO Tesla udah bersabda di Twitter, siap-siap jadi heboh. Dalam cuitannya, Elon Musk mengajak para followers untuk diskusi melalui Clubhouse, ajakannya disambut dengan tangan terbuka dari berbagai kalangan, dari masyarakat biasa hingga tokoh terkenal lainnya. Terhitung sejak Januari 2021, angka pengguna Clubhouse pun langsung melejit hingga 2 juta.
Udah? Karena tweet Elon Musk doang jadi heboh? Tunggu dulu, sob! Clubhouse juga punya keunggulan yang bikin dia jadi aplikasi hits.
Pertama, aplikasi ini tuh eksklusif. Orang biasa nggak bisa daftar Clubhouse sembarangan. Pengguna Clubhouse sejauh ini masih berkutik sekitar seleb dan pesohor saja. Branding eksklusivitas inilah yang membedakan Clubhouse dengan media sosial lainnya. Anak barunya sultan, ya!
Kedua, networking lebih mudah. Kalian bisa satu audio room dengan publik figur, hingga speaker-speaker keren lainnya. Kapan lagi coba bisa “nguping” obrolan selebriti, influencer, hingga anak presiden via aplikasi? Cuma di Clubhouse! Nggak heran kalau Clubhouse menjadi tempat yang seru untuk mendapatkan networking dan ilmu baru yang mind-blowing.
Ketiga, kontennya masih free! Hingga saat ini, Clubhouse masih terbuka secara gratis! Jadi, pengguna masih bisa duduk manis sembari menikmati konten tanpa biaya.
Keempat, kalian bisa “lompat” dari satu room ke room lain. Simpelnya kayak aplikasi video conference, bedanya di Clubhouse dapat berpindah room tanpa diketahui oleh siapapun.
Dibalik menariknya sebuah platform media sosial yang lagi nge-trend saat ini, Clubhouse juga memiliki beberapa kelemahan.
Kekurangan Clubhouse
Pertama, harus punya orang dalam. Pengguna harus mendapat undangan terlebih dahulu dari pengguna yang sudah menjadi anggota Clubhouse sebelumnya. Itu pun mereka hanya punya dua jatah untuk meng-invite orang.
Kedua, tidak adanya fitur recorder. Obrolan yang berlangsung selama di Clubhouse tidak dapat disimpan untuk kita dengarkan ulang. Harus saat itu juga didengarkan agar tidak ketinggalan materi.
Ketiga, Clubhouse terancam diblokir Kominfo. Dikarenakan aplikasi baru ini belum terdaftar sebagai penyelenggara sistem elektronik di Indonesia. Jika belum mendaftarkan diri hingga Mei 2021, bukan tidak mungkin jika Kominfo akan mengeksekusi pemblokiran terhadap Clubhouse.
Keempat, hanya untuk pengguna iOS. Untuk sementara pengguna android hanya bisa “gigit jari” karena Clubhouse hanya tersedia di iOS. Eitss tapi tenang guys, developer-nya lagi meracik versi android-nya kok, jadi harap bersabar, ya!
Nah, gimana, guys? Udah pada nyobain Clubhouse belum?
Penulis: Viali Azis Yanuar
Penyunting: Aisyah Asharini Nur Fadilah