
Bagaimana Kedaulatan Rakyat Menghadapi Senjakala Media Cetak?
Sudah jadi sebuah keniscayaan kalau era digital adalah ancaman serius untuk industri media cetak. Mereka harus berubah atau mati diinjak teknologi bernama internet. Banyak upaya yang udah dilakuin media cetak seperti meningkatkan kualitas berita, hingga hijrah ke portal online.
Namun, nggak bisa diragukan lagi bahwa media cetak sudah memiliki karakteristiknya sendiri sebagai media yang lengkap, jelas, dan terperinci sehingga menjadikannya sumber informasi yang kredibel. Walaupun tetap kalah cepat dengan media daring, keberhasilannya masih ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor infrastruktur dan jaringan internet. (Steensen, 2011)
Di sisi lain, media cetak juga harus bertahan dari naiknya harga kertas yang membuat mereka sulit bertahan. Opsi penggunaan teknologi paperless newspaper pun jadi pilihan industri media cetak, seperti yang dilakukan oleh Kedaulatan Rakyat, sebuah media cetak yang berbasis di Yogyakarta.
Media Cetak Tertua di Tanah Air
Kedaulatan Rakyat merupakan koran lokal yang berdiri sejak 1945 dan tersebar di Jawa Tengah, khususnya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai media cetak yang telah bertahan lama, Kedaulatan Rakyat nggak mau kudet dan turut terjun ke media daring.
Pendiri dari koran tertua di Indonesia ini adalah HM. Samawi dan M. Wonohito yang diteruskan oleh putranya Soemadi Martono Wonohito. Kedaulatan Rakyat berada dibawah naungan PT. BP. Kedaulatan Rakyat Group bersama dengan dua media cetak lainnya,Koran Merapi dan Minggu Pagi.
Sebagai penyedia koran cetak, Kedaulatan Rakyat dituntut untuk melakukan perubahan. Kedaulatan Rakyat sebagai koran tertua di Indonesia, berdiri 27 September 1946, perlu melakukan transformasi guna mempertahankan eksistensinya biar nggak tergerus waktu.
Hijrah ke Media Daring
Tokoh dunia kayak Roger F. Fidler, Bill Gates, Rupert Murdoch, dan Philip Meyer sudah menggolongkan lima implikasi dari maraknya penggunaan teknologi paperless newspaper.
Pertama, ongkos produksi maupun distribusi dari paperless newspaper ini jelas lebih murah. Kedua, gaya hidup masyarakat juga berubah dalam hal mengakses informasi, dari membuka lembaran-lembaran beralih ke layar ponsel.
Ketiga, konten media bakal dapet jangkauan yang nggak terbatas dan lebih bervariatif. Keempat adanya konvergensi perusahaan media. Kelima, perusahaan media cetak akan gulung tikar dengan sendirinya (Kusuma,2016).
Munculnya surat kabar versi cetak, digital, dan website secara langsung telah berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap surat kabar. Hal itu dikarenakan bahwa surat kabar merupakan medium informasi yang berhadapan langsung dengan perubahan teknologi dan demografi pembacanya.
Perubahan konsumsi media yang dipilih menunjukkan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang merupakan dampak dari perkembangan teknologi. Tentunya, hal ini nggak bisa kita hindari.
Ya nggak heran kalau surat kabar harus bisa hidup berdampingan bersama teknologi digital biar ‘tak tergantikan’.
Lalu, gimana cara Kedaulatan Rakyat menjaga loyalitas pembacanya?
Lima Konvergensi Media ala Gordon
Kedaulatan Rakyat mengimplementasikan teori-teori dari Gordon (2003) di penelitiannya, The Meanings and Implications of Convergence. Gordon sendiri membagi konvergensi menjadi 5 bentuk,
Pertama, Konvergensi Kepemilikan.
Dalam bentuk konvergensi ini, perusahaan media untuk melakukan pengaturan dalam pembagian konten maupun promosi silang antara berbagai platform seperti cetak, online, dan televisi pada satu perusahaan yang sama.
Kedaulatan Rakyat melakukan pengembangan dengan penyatuan manajemen media, Kedaualatan Rakyat dan Minggu Pagi dipimpin oleh Octo Lampito sebagai Pemimpin Redaksi. Sedangkan Koran Merapi dengan segmen pembaca yang berbeda dipimpin oleh Swasto Dayanto.
Walaupun demikian, manajemen pemasaran tetap satu komando dibawah PT BP Kedaulatan Rakyat. Selain itu, Kedaulatan Rakyat ikut serta mengembangkan sayap melalui media barunya seperti krjogja.com sejak 1 Juni 2009, serta dalam bentuk platform lain seperti Youtube KR TV maupun radio 107.2 FM.
Kedua, Konvergensi Taktik
Konvergensi pertukaran informasi yang dilakukan Kedaulatan Rakyat terjadi sejak 2009 yaitu saat krjogja.com mulai berdiri. Adanya krjogja.com ini ditujukan untuk segmentasi pembaca yang luas, agar semua orang di dunia bisa mengaksesnya.
Dalam rangka mewujudkan kemudahan dalam pertukaran informasi, Kedaulatan Rakyat membentuk kesatuan sistem newsroom pada tahun awal Mei 2020 ini.
Awalnya, manajemen media yang tergabung dalam Kedaulatan Rakyat Group terpecah-pecah. Namun awal Mei ini, sudah dilakukan penyatuan manajemen. Pemimpin redaksi Kedulatan Rakyat, krjogja.com, dan Minggu Pagi berada pada satu komando kecuali koran Merapi. Hal itu dikarenakan segmentasi pembaca yang berbeda, namun marketing seluruh Kedaulatan Rakyat Group tetap sama.
Selain melakukan pertukaran informasi, promosi silang pada platform cetak maupun online juga dilakukan. Kedaulatan Rakyat juga sering ngiklanin krjogja.com secara rutin, begitupula sebaliknya.
Ketiga, Konvergensi Struktur
Konvergensi struktur ini fokus pada bagaimana pembagian kerja serta restrukturisasi organisasi untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan konvergensi.
Hasil dari perencanaan cetak maupun online diserahkan kepada redaktur newsroom. Peran redaktur newsroom adalah menugaskan para wartawan atau reporter. Pengambilan keputusan harus dilakukan atas persetujuan dari redaktur newsroom. Dalam perubahan struktur, perusahaan juga menambah grafis untuk pembuatan infografis.
Keempat, Konvergensi Peliputan
Pihak manajemen Kedaulatan Rakyat percaya apabila kerjasama internal dilakukan optimal, dengan harapan hasil yang maksimal. Maka, para wartawan Kedaulatan Rakyat dituntut untuk serba bisa (multitasking) dalam segala platform baik cetak maupun online.
Menurut Hamna (2018), saat ini jurnalis nggak cuma dituntut untuk memiliki kompetensi 6M (mencari, memiliki, memeroleh, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi), tapi juga harus memperkuat pada berbagai aspek yaitu pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap kerja saat pelaksanaan tugas.
Sama halnya dengan wartawan Kedaulatan Rakyat. Mereka ditugaskan untuk rolling dalam peliputan di berbagai bidang. Kemampuan bisa terus diasah dengan adanya rolling, sedangkan untuk cara berpikir, media lokal ini menetapkan standar pendidikan minimal wartawan harus sarjana (S1) dengan harapan mendorong seorang wartawan menjadi ahli dalam peliputan.
Selain itu, wartawan juga diberikan pembekalan dan pelatihan. Perbaikan kualitas wartawan juga dibuktikan dengan memberi kesempatan untuk mengasah kemampuan dan ilmu di berbagai pelatihan seperti Dewan Pers sebanyak tiga kali dalam setahun, PWI dua kali setahun, Bank Indonesia dua kali setahun, dan OJK dua kali setahun.
Dari perusahaan, wartawan nggak dapet pelatihan khusus, tetapi hanya berdasarkan hasil diskusi evaluasi saat rapat.
Kelima, Konvergensi Penyajian
Pada salah satu konsep konvergensi penyajian, kehadiran medium baru pekerjaan wartawan tidak lagi hanya satu platform, melainkan menyajikan informasi kedalam berbagai platform.
Konten dalam versi online dibuat lebih ringkas dan cepat, sedangkan dalam cetak disajikan berita-berita lebih mendalam. Makanya, dalam hal pemberitaan koran proses pengolahannya lebih lama dibandingkan dengan online.
Kedaulatan Rakyat juga memiliki fotografer, namun mereka tidak selalu diikutkan dalam setiap liputan. Biasanya, mereka melakukan editing foto di koran, walaupun sesekali ditugaskan saat peliputan-peliputan penting pada koran sekaligus membuat video untuk diunggah ke platform Youtube maupun sosial media.
Namun, media lokal ini belum sepenuhnya menunjang fasilitas untuk mendukung penyajian berita. Para karyawannya harus menggunakan alat berdasarkan apa yang mereka miliki.
Prinsip Perusahaan
Selain lima teori Gordon di atas, Kedaulatan Rakyat juga memiliki strategi khusus dalam hal mempertahankan loyalitas pembaca, yaitu dengan satu, tetap mandiri dan teguh pada prinsip.
Ketika banyak perusahaan pers yang terus-menerus melebarkan jaringan seluas-luasnya sejak tahun 1990, Kedaulatan Rakyat tetap kekeh bertahan secara mandiri. Seiring perkembangan zaman, pihak manajemen PT. BP. Kedaulatan Rakyat terus menerus melakukan evaluasi. Dalam menyikapi perkembangan teknologi komunikasi dan pers yang semakin pesat, Kedaulatan Rakyat menerapkan prinsip manajemen modern.
Prinsip manajemen modern menurut pimpinan redaksi Kedaulatan Rakyat adalah tentang cara memelihara dan mempertahankan pembaca baik secara cetak maupun online menyesuaikan dengan teknologi yang sedang berkembang.
Agar kepercayaan pembaca terjaga, Kedaulatan Rakyat harus berusaha untuk beradaptasi secara mandiri mengikuti perkembangan jaman.
Surat kabar ini pun juga tetap kekeh dengan falsafah pers pancasila. Sistem pers pancasila berawal dari keyakinan yang dicetuskan oleh Madikin Wonohito.
Rubrik Khusus
Selain meliput berita yang dekat dengan isu lokal, Kedaulatan Rakyat juga beradaptasi dengan tradisi di wilayahnya, Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Rubrik lain pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat yang berisi tentang muatan lokal yaitu penanggalan yang lebih dikenal dengan “Mbah Kalam”.
Munculnya rubrik ini bermula dari saran masyarakat yang dilayangkan ke bagian redaksi. Pada awalnya, sistem penanggalan diasuh oleh Mbah Tom sejak 1967 hingga 1980. Dilanjutkan Sekretaris Redaksi Kedaulatan Rakyat Suproyo barulah sampai saat ini dipegang oleh Mbah Kalam.

Meski di zaman modern, ahli penanggalan masih terus dicari. Pasalnya, melalui hari maupun tanggal masih dipercaya oleh masyarakat untuk mengetahui peruntungan maupun nasib seseorang.
Penanggalan Kedaulatan Rakyat tidak hanya sekadar tanggal lahir, tetapi sampai pada penentuan hari baik dalam pernikahan, pindah rumah, hingga peringatan kematian 7 sampai 1000 hari.
Adanya rubrik Mbah Kalam setiap harinya menjadikan Kedaulatan Rakyat berhasil dijadikan tempat bertanya bagi berbagai lapisan masyarakat. Rubrik tersebut dihitung dengan pengetahuan dan rumus tertentu dari peninggalan leluhur.
Hingga saat ini, konsultasi penanggalan masih dilayani secara langsung di kantor redaksi Kedaulatan Rakyat saat jam kerja, gokil nggak sih?
*artikel ini merupakan hasil dari olahan jurnal ilmiah milik Chika Amazella
Penulis: Chika Amazella Subekti
Penyunting: Muhammad Alberian Reformansyah
Daftar Pustaka:
S. Steensen.2011. Online journalism and the promises of new technology: A critical review and look ahead. Journalism studies, vol. 12, no. 3, pp. 311–327.
S. Kusuma. 2016. Posisi media cetak di tengah perkembangan media online di Indonesia . Jurnal InterAct, vol. 5, no. 1, pp. 56–71.
R. Gordon. 2003 .The meanings and implications of convergence. In K. Kawamoto (Ed), Digital journalism: Emerging media and the changing horizons of journalism. USA: Rowman and Littlefield Publishers, Inc.
D. M. Hamna. 2018. Konvergensi media terhadap kinerja jurnalis (studi kasus: Fajar TV dan Fajar FM). Jurnal Dakwah Tabligh, vol. 19, no. 1, pp. 58–83.